Mengingat yang terlupa#1

Aku lupa namanya karena memang tak ingat,  namun wajahnya masih membayang dalam pikiranku,  cara senyumnya yang terkadang memperlihatkan gigi depannya yang ompong,  cara bicaranya yang terbata,  dan pandangan matanya yang selalu nanar,  kosong namun penuh keinginan menggapai citanya.
Aku mengenalnya selama 3 bulan di tahun 2012, dia seringkali dikucilkan meski samar,  ditertawakan,  diremehkan,  namun ia menulikan telinganya,  jika aku yang jadi dia mungkin aku tak akan dapat bertahan selama itu.
Dia tak seperti kami yang bisa dengan cepat menyerap pembahasan di depan,  dengan sigap menjawab pertanyaan,  dia butuh banyak waktu untuk berpikir,  menelaah dan menjawab dengan terbata,  dengan pandangan kosong,  dan hatiku remuk redam ketika melihat berpasang-pasang mata yang memandanginya meremehkan.
Aku sering melihatnya melamun,  entah apa yang ia pikirkan.  Aku begitu suka mengajaknya bicara meski kadang dia tak dengan cepat merespon pembicaraanku.  Dia begitu lambat,  namun tetap teguh. Aku benar lupa setiap detail tentang dirinya,  namun aku masih ingat betapa dia setegar dan seteguh karang. Suatu hari,  dia pernah bercerita padaku,  tentang keinginannya menggapai ilmu,  meski berbagai kendala menghadang termasuk dia mengakui kejendelannya,  kesulitannya menangkap pelajaran.  Maka aku dengan kagum mendoakannya dalam diam,  semoga Allah mencerdaskan ia,  semoga kesusahpayahannya dalam mencari ilmu  diberi ganjaran kemulyaan.
Aku hampir melupakan dia,  mbak yang kulupa namanya,  asal wonosobo yang kuingat,  dia yang selalu terlihat sendiri,  semoga Allah memulyakannya karena kesabaran mbak itu.  Amiin ya Robbal Alamiin.

Komentar