Aku adalah tanah kering kerontang, yang tumbuhan pun tak sudi tinggal diantaraku, lagi embun yang begitu sejuk, ogah membagi pagi padaku.
Lantas.... mengapa aku begitu congak? sementara kemarau begitu suka sambangi aku, bukankah dengan mudah aku dapat menyapa hujan? Untuk kemudian segera kurengkuh ketenangan. Ah begitu congaknya aku, begitu kotornya hatiku, semoga tulisan ini bukan sekadar kata tanpa arti. Semoga kata "semoga" adalah harapan yang benar ingin terealisasi. Biar semogaku hanya Allah yang tahu.
Komentar
Posting Komentar