jakarta belum tidur

Kota yang tak pernah tidur, mungkin kalimat tersebut akrab dengan telinga kita, sebuah ungkapan yang biasaya melekat untuk kota-kota besar. Jakarta misalnya.
Lantas, pernahkah anda menyaksikan dengan kedua mata pribadi, menyusuri hiruk pikuk jalanan Jakarta yang lengang namun tetap masih ada kehidupan? aku pernah, dan akhir-akhr ini sering, duduklah sejenak, aku ingin bercerita.

Langit sudah gelap, tak lagi bernuansakan biru atau kekuningan, benar sudah gelap, dan aku lupa tepatnya pukul berapa. kami-- aku dan temanku-- masih memastikan commuterline keberangkatan Jakarta sudah tidak ada lagi di Bekasi, dan lantas terombang ambing dalam kebingungan sebentar tentang bagaimana cara kembali ke kampus; waktu itu aku ditugasi menemani temanku ke Bekasi untuk mencetak serifikat lomba yang diadakan BEM kampus, dan ternyata kabar buruknya ketika kami baru sampai di Bekasi, saat itu juga pemberangkatan terakhir commuterline Jakarta.

Mungkin saat itu sudah pukul 12 malam, akhirnya kami memutuskan naik angkutan umum, resikonya harus transit beberapa kali untuk sampai tujuan. sebenarnya aku risih, mengingat aku perempuan, berjilbab pula, dan tengah malam menjelang pagi masih kelayaban.

Elf tidak penuh, juga tidak lengang, para penumpang, bapak-bapak, ibu-ibu, mbak-mbak, dan seorang anak jalanan tampak memperlihatkan ekspresi yang sama, termasuk kami, sama-sama lelah, ngantuk dan ingin cepat sampai tujuan. mobil melaju dengan stabil, sesekali berhenti untuk menaik-turunkan penumpang, ada yang menarik perhatianku selain anak jalanan yang tengah tertidur pulas disalah satu jok penumpang, yaitu mbak-mbak yang duduk disebelahku. Aku yang biasanya cukup segan untuk memulai pembicaraan kali itu berani bertanya lebih dulu "mau kemana atau dari mana mbak?" tayaku
"dari pulang kerja nih..?" jawab mbak tadi yang ternyata bekerja di restoran yang berada di salah satu Mall besar Bekasi.
Aku terhenyak, tersimpan pertanyaan yang tak tertuang, hanya mengendap dalam pikiran "apa tidak takut pulang pagi seperti ini? sendirian pula".
Namun bagaimana lagi, mungkin jika ditanya seperti itu mbak tadi akan menjawab "keadaan ekonomi yang menghilangkan rasa takutku", mungkin..
Namun Mbak-mbak tadi agaknya lebih beruntung dari bocah yang kira-kira usianya belum genap 10tahun yang tengah terpejam, meringkuk dalam damai di jok penumpang. eh, apa benar dia merasa damai? bukankah seharusnya seumuran dia tengah dalam dekapan ibundanya, tidur beralaskan kasur, tak terhuyung dalam hiruk pikuk yang tak berujung. duh siapa bocah itu? kenapa tak pulang? dimana orang tuanya? kenapa gak dicari? sudah makan belum? "kasihan.." sebuah ungkapan pasrah tanpa bantuan.

kami berhenti di terminal yang namanya tak ku ingat, lantas mencari angkot selanjutnya untuk meneruskan perjalanan, ternyata benar, masih banyak yang belum tidur, mungkin bagi mereka malam atau pagi adalah sama, atau mungkin mereka lupa pada malam, waktu yang dianugrahkan untuk beristirahat, jangan ditanya, pastilah mereka akan menjawab "keadaan ekonomi yang membuat kami terjaga"

kami melanjutkan perjalanan, disepanjang jalan aku mengamati, mungkin jalan yang aku lalui lima atau enam jam kedepan akan menjadi lautan kendaraan, klakson yang bergantian atau bebarengan berbunyi akan memekakan telinga. Namun, saat ini jalanan telah sunyi, benar-benar jalan impian bagi mereka yang benci kemacetan. setelah satu kali transit lagi, aku benar-benar bingung, memastikan bahwa apa benar ini tengah malam? kenapa tak ada yang berbeda? kulihat sekeliling masih banyak manusia tertawa, mengobrol, duduk, dan lain-lain, tak habis pikir, kota yang tengah kusinggahi ini berisikan orang-orang yang sibuk dan lupa pada malam.
sesampainya kami ditujuan, sembari menunggu jemputan, aku masih terus memastikan bahwa waktu itu masih baru pagi, ayam jago pasti belum berkokok, namun lagi-lagi para pedagang sudah mulai menggelar dagangan, seperti kue seharga seribu rupiah yang masih anget yang aku beli dari bapak-bapak tua dengan gerobak birunya.

bosen ya bacanya? ckck maklum udah basi nih pengalaman, udah lama banget, jadi banyak yang terlupakan. tapi trims buat yang udah mampir ke blog saya.
salam dari saya, dari Kota yang berisikan orang sibuk.


Komentar